Sunday, August 10, 2008
Nabi Perempuan?
Dalam berbagai buku tentang nabi dan kenabian, baik Western maupun Eastern, saya tidak menemukan nabi perempuan. Memang ada Maryam, atau Mary, menerima 'wahyu', tapi tidak disebut sebagai nabi seperti definis konvensionalnya. Kita juga tahu banyak figur-figur keagamaan perempuan, tapi tidak sampai level 'nabi', seperti dipahami secara konvensional. Ini membawa implikasi signifikan. Pertama, agama-agama itu ternyata "male dominated". Kedua, agama-agama itu turun dalam masyarakat-masyarakat yang patriarkal. Ketiga, para penafsir kitab-kitab suci pun ternyata predominantly laki-laki, sehingga produk-produk penafsirannya juga dipengaruhi itu. Keempat, apakah ini karena Tuhan dikonstruksi sebagai "laki-laki"? Atau apakah Tuhan memang lebih percaya sama laki-laki karena apa yang mereka miliki dan usahakan ketimbang perempuan? Kata "huwa" dalam bahasa Arab. Atau pertanyaan gender seperti ini tidak relevan ketika mendiskusikan konsep nabi-nabi, sehingga ada "implicit understanding" di kalangan scholar dan awam bahwa agama-agama "naturally"laki-laki? Saya sendiri tidak tahu jawabannya. Masih misteri yang belum terkuak akal pikiran manusia, setidaknya akal pikiran saya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment